"Siapa yang tak senang dipuji? Bukan
hanya orang dewasa, bahkan anak kecil pun akan merasa "ada" ketika
mereka diperhatikan, bagaimana caranya? Cobalah berkomunikasi dengan
bahasa CINTA, karena setiap orang itu unik maka buatlah mereka merasa
SPESIAL!"
Eh, eh si item datang....
Liat deh, si "tulalit" lemot banget mikirnya
Si "pesek", jauh banget sama kakaknya yang "cakep"
Ini beneran adiknya ya? kog "item" banget sih
Labeling (memberi julukan/ label) akhir-akhir ini kerap menjadi masalah, benarkah? Dalam sebuah talkshow yang saya ikuti bersama Mba Becky Tumewu hari ini, dia mengungkapkan bahwa bahasa labeling dengan
menjuluki seorang anak sebuah gelar-gelar di atas justru membuat Si
anak merasa bahwa memang dia seperti yang digambarkan/dikatakan oleh
orang pada umumnya.
Tetapi itu menjadi kebiasaan bukan? bahkan tak jarang saya pun sering bercanda kepada adik perempuan saya dengan mengatakan, "Kog kamu gk mirip Mamah sama Papap sih? "
:D setelah itu saya akan tertawa terpingkal-pingkal. Tetapi jauh
dibalik itu semua, mungkin Si kecil (anak/adik) di rumah akan merasa
sakit hatinya, sedikit sesak dengan lelucon yang kita lontarkan dan,
pada akhirnya dia akan balik memberikan julukan kepada kita seperti : "dasar GENDUT" :P
Awalnya
saya kira ini dinamika dalam hidup, toh kalau hidup tidak tertawa, apa
rasanya? hambar! Meledek, mengumpat atau memberi julukan menjadi sebuah
kepuasan tersendiri, apalagi kalau orang yang menjadi "korban" kemudian
marah, semakin banggalah kita pada diri ini karena telah berhasil
menciptakan sebuah karya luar biasa yaitu membuat orang kesal, "Yes! saya menang!" begitu bukan perasaan yang meletup di hati kita?
Maka tak heran, kebiasaan labeling ini
melekat erat dengan kehidupan kita, parahnya terkadang kita sering
memanfaatkan kekurangan fisik seseorang menjadi sebuah julukan untuknya,
misal : gendut, jerawatan, pendek, kurus, juling, item, sipit
dan julukan lainnya yang membuat kita tersenyum! Nyatanya, memang kita
akan tertawa ketika sang "korban" berhasil takluk dengan julukan itu,
namun pernahkah kita bilang bahwa itu hanya bercanda? atau pernahkah
kita bertanya kalau "apa kamu sakit hati dengan lelucon itu?" belum sempat kita bertanya, dia malah balas menjuluki kita sesuai dengan kekurangan fisik yang kita miliki, akhirnya siklus labeling ini akan terus menerus menjadi siklus berkepanjangan yang membuat hidup kita tertawa terpingkal-pingkal.
Tapi
bagaimana kalau hal ini terjadi pada anak kecil? adik kita misalnya di
rumah? memikirkan hal ini rasanya saya menjadi luluh tidak tega! apalagi
mengingat kalau setiap bayi yang dilhirkan ke dunia ini adalah manusia
polos ibarat kanvas yang siap dilukis dengan warna apapun! Kalau sedari
kecil, adik kita sudah dibiasakan saling menghina, menjuluki saudaranya
satu sama lain, sehingga tak jarang bertengkar dan menangis karena
merasa sakit hati, maka di situlah letak masalahnya, jadi apa yang bisa
kita lakukan sebagai kakak atau mungkin orang tua?
Cobalah berbicara dengan bahasa CINTA
- Berikan kata-kata pujian atas prestasi atau pencapaian yang telah dia lakukan, sekecil apapun, misal : Si kecil menunjukkan gambar abstrak sekalipun, cobalah untuk memujinya, toh itu akan membuatnya merasa spesial dan pada akhirnya dia akan menemukan bakatnya sedari dini
- Berikan hadiah. siapa yang tak senang diberi hadiah? bahkan permen kecil pun akan sangat berarti bagi adik kita dan dia akan menganggap kita sebagai Kakak Super Hero di rumah
- Melayani. Pernahkah kita ada untuk sekedar mendengarkan cerita mereka? cerita mereka setelah pulang sekolah atau sekembalinya dari bermain? bentuk pelayanan sederhana adalah dengan mendengarkan dan merespon apa yang mereka ceritakan, siapa yang tak senang diperhatikan terutama didengarkan?
- JUDGING? seringnya kita menghakimi adik yang sebenarnya sedang berusaha bereksplorasi, "ngapain sih kamu main gitar? mending kalau suaranya bener, BERISIK TAU!" atau "Anak kecil tau apa sih urusan duit!" dan bahasa penghakiman lainnya, inget dong dulu waktu kita kecil, pasti sakit kalau nerima kata-kata seperti itu, jadi apa kita gak tega bilang hal yang sama ke anak atau adik kecil di rumah?
- GIVE REASON. Untuk setiap larangan yang kita bilang, gak boleh inilah, gak boleh itulah, coba jelaskan kenapa alasannya, jangan coba membodohi mereka, masa adik sendiri dibodohi? tega ya? kasih tau alasannya kenapa mereka tidak boleh melakukan hal ini atau itu, ingat bahwa manusia dibekali oleh hati nurani, sehingga dengan otomatis sebenarnya kita dapat merasakan mana tindakan yang baik dan yang buruk, coba lemparkan pertanyaan "menurut kamu itu baik nggak?" supaya mereka berpikir apakah yang mereka lakukan itu benar atau salah.
- Kehadiran. Masalah waktu memang jadi masalah paling runyem, bagi sebagian orang tua yang keduanya bekerja, terkadang Si anak sering dituruti keinginannya sebagai wujud kasih sayang orang tua, tapi apakah itu benar? dengan mengajarkan bahwa semua keinginan akan terwujud, hey ini bukan dongeng! membiasakan diri berkomunikasi dengan anak kecil di rumah sekalipun kita jarang ada bersama mereka tidak akan mengurangi kualitas hubungan kita dengannya sepanjang apa yang kita komunikasikan dapat menyentuh perasaan mereka :)
Rasa-rasanya setelah mencoba
menjabarkan Bahasa Cinta di atas, saya menjadi malu kalau selama ini di
rumah sering melakukan labeling kepada adik saya, bilang dia item lah,
bau asem lah, dan banyak lagi...mungkin kebiasaan ini harus sedikit demi
sedikit diubah, yang bikin saya selalu bilang amit-amit di hati adalah
kalau liat ada remaja SMP nongkrong di pinggir halte atau segerombolan
remaja putri jalan di Mall dengan centilnya, *semoga adik saya gk
seperti mereka :) Tapi bagaimana mungkin kalau di rumah saja mereka saya
labeling, dan saya judging? apakah mereka akan menganggap saya sebagai Kakak Super Hero, atau Kakak Best Friend atau justu Kakak Evil? :P
Kembali menghela nafas dan menyadari bahwa setiap orang itu unik,
cantik dan tampan dengan caranya masing-masing, kenapa kita terus
terbodohi oleh "standarisasi" yang dibuat oleh masyarakat kalau
ganteng/cantik itu harus punya badan yang tinggi dan kulit putih merona?
Sorry, No More deh :P
*beberapa tips yang tertulis
dalam note ini berdasarkan apa yang disampaikan dalam acara DayCare
Komunikasi Efektif bersama Becky Tumewu :)
0 komentar
Halo, gimana pendapatmu setelah membaca tulisan di atas?