Rusuh-SBI (RSBI): Mau Pintar Kok Mahal?
By Riki Rachman Permana - Thursday, January 10, 2013
Awal tahun 2013 menjadi sebuah
kejutan untuk dunia pendidikan. Pasca putusan Mahkamah Konstitusi yang
membatalkan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) banyak pihak yang
kemudian menerjemahkannya ke dalam berbagai sikap. Sebagian mungkin dapat
bernafas lega, setidaknya tidak ada lagi istilah “kastanisasi” di dunia
pendidikan yang memisahkan jurang antara sekolah reguler dan sekolah bertaraf
internasional. Sebagian orang tua murid kemudian kebingungan, lantas setelah statusnya
dicabut bagaimana dengan anak-anak mereka?
Pagi ini saya menyempatkan diri
untuk membuka beberapa artikel di internet sekedar ingin tahu apa yang
sebenarnya terjadi selama ini. Saya bukan orang yang berkecimpung di dunia
pendidikan, namun dapat dikatakan bahwa saya adalah salah satu lulusan dari SMA
yang pada akhirnya meraih status RSBI.
Sebetulnya SMA saya merupakan
salah satu SMA favorit di Kabupaten Cirebon. Hampir turun temurun keluarga saya
banyak yang bersekolah di sana. Tidak heran jika akhirnya kedua orang tua
menyekolahkan saya di sekolah yang sama. Alasannya sederhana, sekolahnya
dikenal bagus dan dekat dari rumah. Maklum, saya adalah orang yang teledor dan
sulit bangun pagi, sehingga kalau kesiangan dan sekolah di kota pasti saya akan
kalang kabut. Keputusan ini saya terima, toh lebih enak punya sekolah yang
dekat dari rumah kan? Hemat ongkos, bisa dialokasikan untuk uang jajan :)
Ketika tahun pertama saya
bersekolah di SMA ini, dibuka sebuah kelas yang hanya bisa dimasuki oleh
“anak-anak terpilih”. Namanya “Kelas Standar Internasional” atau biasa
disingkat KSI. Saya tertarik untuk masuk kelas ini, namanya juga kelas
unggulan. Harapannya semoga bisa menambah kemampuan dan memperluas pergaulan
dengan anak-anak sekolah lainnya yang juga membuka kelas standar internasional.
Akhirnya saya berhasil masuk
kelas standar internasional. Ada hal unik yang sempat ditanyakan ketika proses
seleksi. Ini pertanyaan yang amat saya ingat, “Kira-kira orang tua kamu sanggup
secara finansial membiayai uang SPP kelas standar internasional?” Tidak perus
saya jelaskan di sini ya pembaca yang budiman, silahkan simpulkan sendiri apa
maksud dari pertanyaan itu :)
Apakah semua siswa yang masuk KSI adalah siswa yang orang tuanya berduit?
Untungnya tidak. Kelas ini terbuka pada siapa saja yang memang mau dan mampu.
Sejujurnya, sebagai anak KSI (itu
label yang diberikan oleh teman-teman dari kelas non-KSI) saya merasa cukup senang
bisa memperoleh pelajaran tambahan bahasa Inggris dengan porsi waktu lebih lama
dari kelas lainnya, mata pelajaran komputer pun menjadi bertambah durasinya di
tiap minggu, tapi ini semua memang sebanding dengan nilai SPP yang dibayarkan. Bagaimana
dengan teman-teman lainnya di kelas reguler? Mereka tidak mendapatkan tambahan
jam pelajaran bahasa Inggris ataupun komputer. Gampangnya ada harga ada rupa.
Singkat cerita akhirnya saya
lulus. Toh setelah lulus, tidak ada embel-embel bahwa saya dan teman-teman
lainnya adalah alumni kelas standar internasional. Perjuangan dimulai dari
titik nol lagi, tak ada bedanya dengan siswa lainnya yang tidak masuk kelas
standar internasional. Untuk masuk ke Universitas favorit tentu dibutuhkan
perjuangan, jadi tidak ada jalur spesial bagi anak-anak lulusan KSI.
Beberapa tahun berlalu, kedua
adik saya bersekolah di SMA yang sama. Terakhir, tahun lalu ketika adik saya
masuk ke SMA ini, ternyata sudah berganti statusnya menjadi R-SMA-BI (Rintisan
Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional). Namanya keren ya! Beberapa
tetangga satu komplek pun banyak yang memasukan anaknya ke sekolah yang
memajang status RSBI di manapun di wilayah Cirebon. Seolah jadi satu standar
dan primadona, sekolah-sekolah ini kemudian menghipnotis para orang tua dan
memberikan keyakinan kelak anaknya akan jadi orang yang sukses jika
disekolahkan ke sekolah berstatus RSBI. Bahkan untuk satu “keyakinan” ini,
salah satu orang tua siswa harus membayar biaya pendaftaran sebesar Rp
9.000.000 (sembilan juta rupiah). WOW! Ini sekolah negeri kan, bukan swasta? Di
Indonesia kan? Di kabupaten loh jangan lupa! Angka yang sangat fantastis jika
dibandingkan dengan uang masuk perguruan tinggi bahkan untuk jurusan kedokteran
UNPAD yang biaya masuknya melalui jalur SNMPTN kurang dari Rp 7 juta rupiah,
untuk kuliah kedokteran yang jadi salah satu jurusan terfavorit seantero
Indonesia ini.
- MK tidak menafikan pentingnya bahasa Inggris, namun penggunaan istilah “internasional” sangat berpotensi mengikis kebudayaan dan bahasa Indonesia.
- Lulusan pendidikan yang dihasilkan RSBI dan SBI adalah siswa berprestasi, tetapi tidak harus berlabel berstandar internasional.
- RSBI membuka peluang pembedaan perlakuan antara sekolah RSBI/SBI dan sekolah non-SBI
Oke kita bahas satu persatu.
Pertama, Bahasa Inggris penting,
banget malahan! Di era yang udah serba online
seperti ini, batas fisik antar belahan negara sudah menjadi samar. Pergaulan
makin luas, makanya muncul istilah “World Village”. Kita adalah bagian dari
masyarakat internasional. Tapi apakah dengan bahasa Inggris kemudian kita
akhirnya menjadi bangga gitu? Di Indonesia nih, khususnya di kabupaten saya,
anak yang bisa bahasa Inggris biasanya anak orang kaya yang dimasukin kursus
bahasa Inggris. Bangga banget kan kalau bisa bahasa Inggris? Gimana dengan
bahasa Indonesia? Sangat sedikit pelajar yang bangga kalau bisa berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Nggak usah lebay deh dengan bahasa Inggris.
Memang komunikasi jadi lebih lancar kalauuuu ngomong sama orang bule. Tapi
kalau ngomong sama orang Indonesia apalagi orang sekampung sehalaman ya bahasa
Indonesia aja udah cukup. Salah satu hal yang bikin saya geram adalah kalau
diingat-ingat perjuangan para pemuda-pemudi dulu untuk memperjuangkan sumpah
pemuda bukan sekedar mengorbankan waktu, tapi nyawa! Untuk merumuskan bahwa “KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA
MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA” Merinding saya bacanya!
Kedua, lulusan yang dihasilkan
RSBI dan SBI mungkin akan dilabeli lulusan standar internasional. Tapi kembali
lagi, untuk adik-adik yang saat ini bersekolah di RSBI, perjuangan baru akan
dimulai ketika kalian lulus. Menentukan akan lanjut kuliah atau memilih
berkarya di bidang lainnya adalah pilihan yang hampir selalu membuat pelajar
gamang, atau galau bahasa kerennya. Lantas apakah ada jaminan bahwa siswa
lulusan RSBI akan pasti diterima di jurusan favorit di berbagai Universitas di
Indonesia? Jawabannya Tidak. Yang berani menjamin siapa? Semua pelajar punya
kesempatan yang sama untuk diterima di Universitas bergengsi di Indonesia. Ada
sistem testing yang diterapkan, di sinilah persaingan baru dimulai. Semuanya
tergantung pada siswa, kalau memang dia benar-benar mempersiapkan diri Insya Allah
hasilnya pasti akan memuaskan. Tapi percuma sekolah di RSBI kalau tanpa
persiapan. Ini bukan cerita sineteron ya adik-adik :)
Ketiga, RSBI membuka peluang
pembedaan perlakuan dengan sekolah non-RSBI. Dulu saya sangat bangga kalau
sekolah saya akhirnya bisa jadi RSBI. Tapi setelah lulus dan menjadi “orang
lain” sudut pandang saya berubah. Yang bisa sekolah di sekolah RSBI hanyalah
orang kaya. Buat siswa yang kurang secara finansial, ya jangan coba-coba
sekolah di sini. Begitu kan akhirnya? “Masih banyak kog sekolah lain yang
nampung selain RSBI” (komentar ini saya lihat di facebook). Pada akhirnya semua
orang tua akan berpikir bahwa sekolah yang bagus ya RSBI, jadi kalau tidak
bersekolah di RSBI ya kualitas sekolah diragukan. “labeling” ini terasa kuat di
benak setiap orang tua yang hendak menyekolahkan anaknya. Akhirnya, banyak
sekolah yang “latah” ingin jadi RSBI, berlomba-lomba mengejar status RSBI
padahal kemampuannya masih prematur dan belum mumpuni.
Jadi RSBI itu...
RSBI jadi satu gelar yang banyak
diagung-agungkan oleh sekolah untuk menarik minat orang tua agar mendaftarkan
anaknya bersekolah di sana. Tapi sebetulnya apa tujuan diselenggarakannya RSBI?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, baiknya kita mengetahui landasan hukum dari
penyelenggaraan RSBI. Landasan yang paling penting menurut saya adalah
undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 50
ayat 3 yang menyebutkan bahwa
“Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan
pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang
Bertaraf Internasional”
Bunyi pasal di atas kemudian
diterjemahkan oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk menyelenggarakan satu
buah sekolah di tiap jenjang pendidikan (SD, SMP dan SMA) dengan status
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang nantinya dapat menjadi satu
standarisasi bagi sekolah lain untuk berkiblat pada managemen peningkatan mutu
yang dilakukan oleh RSBI di daerahnya. Jelas bahwa kehadiran RSBI dapat menjadi
“rujukan” bagi sekolah lainnya untuk juga ikut meningkatkan mutu pendidikan di
sekolahnya.
Nah, ada dua tujuan program
pengembangan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ini, yaitu:
Tujuan UmumPengembangan program rintisan SMA bertaraf internasional bertujuan meningkatkan mutu kinerja sekolah agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara optimal dalam mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab; dan memiliki daya saing pada taraf internasional.Tujuan KhususMeningkatkan mutu pelayanan pendidikan dalam menyiapkan lulusan SMA yang memiliki kompetensi seperti yang tercantum di dalam Standar Kompetensi Lulusan yang memenuhi standar kompetensi lulusan berdaya saing pada taraf internasional
Jika dilihat dari landasan hukum,
latar belakang dan tujuan memang RSBI terlihat dapat menjadi salah satu jalan
untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun kritikan justru muncul
karena penyelenggaraan biaya pendidikan menjadi sangat mahal. Perihal ini, saya
kira mungkin banyak sekolah yang melihat sistem ada harga ada rupa, akhirnya
saya berpikir semua serba dibisniskan bahkan untuk urusan pendidikan. Lantas,
kenapa akhirnya sekolah banyak yang latah mengejar gelar RSBI. Semua ingin
serba standar internasional, agar terlihat keren dan akhirnya menyedot minat
orang tua untuk mendaftarkan anaknya bersekolah di RSBI. Bagaimana dengan
sekolah yang tidak punya gelar apapun? Apakah memang tidak berkualitas? Belum
tentu!
Perihal kesiapan pendidik pun harus
dipertanyakan. Apakah dengan standar internasional, pendidik sudah pula
tersertifikasi standar internasional? Ingat bahwa murid yang berkualitas akan
diciptakan oleh guru yang juga berkualitas. Bagaimana dengan pendidikan minimal
S2 untuk kuota 30 persen guru di SMA yang memang berstatus RSBI? Sudah
terpenuhikah?
Sepanjang tahun 2007 hingga 2011
terjadi peningkatan jumlah SMA RSBI di Indonesia. Di tahun 2007 jumlah RSBI
tingkat SMA adalah sebanyak 100, meningkat menjadi 121 dan terus bertambah
hingga 359 di tahun 2011. Kog jadi latah ingin berstatus RSBI sih? Menurut Ade
Irawan, peneliti senior ICW (seperti dikutip oleh kompas) mengungkapkan bahwa
saat ini ada sekitar 1.100 sekolah bertaraf internasional dari jenjang SD
hingga SMA. Oh ya mungkin saya lupa kalau ada kata “sekurang-kurangnya” di UU
nomor 20 tahun 2003. Mungkin inilah jalan yang melanggengkan banyak sekolah
akhirnya latah dan ingin jadi RSBI :)
Wah ini tulisan paling panjang yang pernah
saya buat. Habis mau gimana lagi, ada kekesalan di minggu ini ketika membaca
berita soal RSBI ditambah kurikulum yang akan berubah per Juli 2013. Pada
akhirnya sebagai orang awam, saya ingat satu kutipan yang diungkapkan oleh
Nelson Mandela:
Education is the great engine of personal development. It is through
education that the daughter of peasant can become a doctor, that the son of a
mineworker can become the head of the mine, that a child of a farm workers can
become the great president of a great nation.
Kalau pendidikan mahal, bagaimana
seorang anak petani bisa menjadi pemimpin untuk bangsa ini? Setiap anak berhak
bersekolah bukan? Seperti termaktub dalam pembukaan Undang-Undang yang
dirumuskan oleh para pendiri bangsa ini bahwa diantara tujuan negara Indonesia
adalah
...untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan...
Dan bukankah pasal 31
Undang-Undang pun mengatur bahwa tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran? Artinya kewajiban mendidik atau
menyelenggarakan pendidikan ada pada pemerintah kan? Harusnya pendidikan murah
dan terjangkau bisa disediakan untuk anak-anak di Indonesia. Apakah pendidikan
yang murah dan dinikmati setiap anak tidak bisa bertaraf internasional? Banyak
sekali rasanya pertanyaan-pertanyaan di kepala saya saat ini. Yang terpenting,
saya menjadi salah satu orang yang bersyukur karena MK mencabut status RSBI.
Tinggal menunggu realisasi dari Pak Menteri yang menyebutkan bahwa status mungkin
dicabut, tapi mutu akan tetap dipertahankan.
Mau cerdas kog mahal?
@permanarikie
4 komentar
nice artikel mas riki rahman permana :).. ane sendiri gag setuju ma nih embel-embel RSBI nurut ane mah ibarat rising star kemanapun dan dimanapun ia berada pasti bisa berpendar (siswa cerdas)..
ReplyDeleteMakasih Anonim udah mampir ke blog ane, salam kenal :)
DeleteSetuju..untung dicabut kalo ga yg ada status RSBI akan selalu d manfaatkan pihak sekolah utk melakukan "pungutan". Sekolah RSBI emang jd impian semua anak sekolah(an), tp yg d alami bahwa atmosfer yg ada pd sekolah RSBI-para siswa/i kelas KSI-daya juang utk bisa "mengerti dan mendapatkan" itu kurang krn semua fasilitas sdh ada tanpa pernah berfikir, berasal dr manakah itu semua...yg ada bukanlah kompetisi dlm meraih prestasi tp pamer harta kpd mereka (siswa/i) yg berasal dr status ekonomi sosial-nya biasa saja. Benar adanya, lulusan RSBI ga ngejamin kok bisa sekolah/kuliah d tempat yg favorit, semua balik lg k siswa/i-nya. Pendidikan itu sebuah tempat bernaung dalam kesengsaraan, jd bukan status RSBI yg dibangga-banggakan.
ReplyDeleteIzinkan Saya Mbah Agus Darma Untuk Memberikan Solusi Terbaik Untuk Anda Yang Sangat Membutuhkan.Ada Berbagai Cara Untuk Membantu Mengatasi Masalah Perekonomian,Dengan Jalan ; 1,Melalui Angka Togel Jitu ; Supranatural 2,Pesugihan Serba Bisa 3,Pesugihan Uang Balik/Bank ghaib 4,Ilmu Pengasihan 5,DLL HANYA DENGAN BERMODALKAN KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN,INSYA ALLAH ITU SEMUANYA AKAN BERHASIL SESUAI DENGAN KEINGINAN ANDA... Dunia yang akan mewujudkan impian anda dalam sekejab dan menuntaskan masalah keuangan anda dalam waktu yang singkat. Mungkin tidak pernah terpikir dalam hidup kita untuk menyentuh hal hal seperti ini. Ketika terpikirkan kekuasaan, uang dalam genggaman, semua bisa dikendalikan sesuai keinginan kita.Semua bisa diselesaikan secara logika.Tapi akankah logika selalu bisa menyelesaikan masalah kita. Pesugihan Mbah Agus Darma memiliki ilmu supranatural yang bisa menghasilkan angka angka putaran togel yang sangat mengagumkan, ini sudah di buktikan member bahkan yang sudah merasakan kemenangan(berhasil), baik di indonesia maupun di luar negeri.. ritual khusus di laksanakan di tempat tertentu, hasil ritual bisa menghasilkan angka 2D,3D,4D,5D.6D. sesuai permintaan pasien.Mbah bisa menembus semua jenis putaran togel. baik itu SGP/HK/Malaysia/Sydnei,Dll maupun putaran lainnya. Mbah Akan Membantu Anda Dengan Angka Ghoib Yang Sangat Mengagumkan "Kunci keberhasilan anda adalah harus optimis karena dengan optimis.. angka hasil ritual pasti berhasil !! BERGABUNGLAH DAN RAIH KEMENANGAN ANDA..! Tapi Ingat Kami Hanya Memberikan Angka Ritual Kami Hanya Kepada Anda Yang Benar-benar dengan sangat Membutuhkan Angka Ritual Kami .. Kunci Kami Anda Harus OPTIMIS Angka Bakal Tembus…Hanya dengan Sebuah Optimis Anda bisa Menang…!!! Apakah anda Termasuk dalam Kategori Ini 1. Di Lilit Hutang 2. Selalu kalah Dalam Bermain Togel 3. Barang berharga Anda Sudah Habis Buat Judi Togel 4. Anda Sudah ke mana-mana tapi tidak menghasilkan Solusi yang tepat Jangan Anda Putus Asa…Selama Mentari Masih Bersinar Masih Ada Harapan Untuk Hari Esok.Kami akan membantu anda semua dengan Angka Ritual Kami..Anda Cukup Mengganti Biaya Ritual Angka Nya Saja… Apabila Anda Ingin Mendapatkan Nomor Jitu 2D 3D 4D 6D Dari Mbah Agus Darma Selama Lima Kali Putaran,Silahkan Bergabung dengan Uang Pendaftaran Paket 2D Sebesar Rp. 500.000 Paket 3D Sebesar Rp. 700.000 Paket 4D Sebesar Rp. 1.000.000 Paket 6D Sebesar Rp. 1.500.000 dikirim Ke Rekening BRI.Atas Nama:No Rekening PENDAFTARAN MEMBER FORMAT PENDAFTARAN KETIK: Nama Anda#Kota Anda#Kabupaten#Togel SGP/HKG#DLL LALU kirim ke no HP : ( 0823-8738-4409 ) SILAHKAN HUBUNGI EYANG GURU:0823-8738-4409
ReplyDeleteHalo, gimana pendapatmu setelah membaca tulisan di atas?